KITA
BY : HENING BULAN
__________________________________________ 01 / 12 / 2025 _________________________________________
Hi, aku Senja, Ini cerita tentang aku dan dia yang bernama Adam, aku tulis untuknya yang telah lama meninggalkanku.
Sudah
terhitung 10 tahun Adam pergi meninggalkanku. Masih teringat jelas memori Adam datang ke rumah ku dengan senyuman hangat dan tatapan sangat dalam padaku. Dia datang dengan tas carrier di punggung tegap nan lebarnya, Adam meminta izin
padaku untuk mendaki gunung bersama teman-teman nya.
Tanpa
aku tahu di hari itu, hari terakhir aku bertemu dengan Adam.
“Aku
pamit naik gunung yaa..”
Aku
sedikit mendongak menatap teduh kedua mata Adam yang juga menatap ku begitu dalam
dan dia tersenyum lembut padaku. Hari dia datang ke rumah ku waktu itu, aku
ingin melarangnya pergi.
Meskipun
aku tak melakukannya.
Justru
aku bilang,”hati-hati yaa..”
“Iya,
aku bakalan hati-hati kok..”
Sebelum Adam pergi, Adam memelukku lalu mengecup keningku dengan bibir lembutnya. Aku
pun merasakan kehangatan serta ketulusan cinta Adam. Aku pun tak kalah
erat membalas pelukannya, takut dia tak kembali seperti di hari-hari
sebelumnya ketika dia mendaki gunung.
Perlahan
kami saling melepaskan pelukan hangat itu, Adam mengacak pelan surai hitam ku
sembari tersenyum dan tatapan mu yang sangat lembut.
“Aku
pergi yaa, udah di tunggu temen-temen..”
“Kalau
udah sampai, kabarin yaa..”
“Iya
sayang..”
Perlahan Adam melangkah pergi, punggung tegap dan lebarnya yang membawa tas carrier
sudah tak terlihat lagi dari pandanganku. Dalam benak ku, aku ingin memeluknya sekali lagi seakan waktu itu aku sudah merasakan ketakutan terbesar ku,
kehilangan Adam untuk selamanya.
***
Tapi,
nyatanya Adam memag berbohong.
Dia pergi meninggalkan ku, Adam pulang hanya dengan raga dan nama. Jiwanya telah
pergi kepada sang Pencipta. Masih teringat jelas di dalam memori ku, kondisi raganya di
bawa pulang waktu itu.
Aku
tak berhenti menangisinya.
Dua
minggu kepergian Adam, di malam hari itu, aku duduk termenung di teras rumah dan
kembali memikirkannya. Aku melihat langit malam di hiasi dengan bulan serta
cahaya bintang.
Berharap
dari semua cahaya bintang di langit malam adalah Adam yang sedang
menatapku duduk termenung.
Gila,
ya pikiran ku sudah gila.
Setelah Adam pergi aku selalu berkata seandainya dan seandainya, seandaianya aku bisa
memutar ulang waktu, aku pasti menahan mu agar kamu tidak pergi mendaki gunung.
Dan
hingga hari ini aku masih sering menangisinya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar